English: Human urine in a toilet at the Denver Museum of Contemporary Art with a sticker alluding to Marcel Duchamp's Fountain. (Photo credit: Wikipedia) |
"Keunggulan sumber bahan bakar ini adalah kita tidak perlu bergantung pada kondisi alam yang tidak menentu seperti angin atau matahari. Kita benar-benar memakai kembali limbah untuk menghasilkan energi," ujar Loannis Leropoulos, insinyur BRL yang terlibat pengembangan, seperti dikutip Livescience, Selasa (16/7/2013).
Urine dipilih karena merupakan salah satu sumber energi yang akan selalu terjaga ketersediaannya selama manusia masih ada. Manusia dan hewan ternak di seluruh dunia menghasilkan sekitar 38 miliar liter (sekitar 10 miliar galon) urine setiap hari.
Untuk membangkitkan energi dengan urine, perekayasa BRL menumbuhkan bakteri pada anoda serat karbon yang ada di dalam silinder keramik pada sel bahan bakar. Ketika urine melewati silinder tersebut, bakteri akan memecah gula dan senyawa lain untuk menghasilkan listrik.
Bakteri yang digunakan dalam proses ini sama seperti bakteri pada sistem pengolahan air limbah. Sementara biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan sel bahan bakar dari urine ini hanya sebesar 2 dollar AS. Pembangkitan listrik dengan cara ini sangat murah dan cukup sederhana.
Hasil penelitian awal menunjukkan, listrik yang dihasilkan sel bahan bakar yang menggunakan urine ini mampu menghasilkan listrik yang cukup untuk beberapa aktivitas dengan telepon seluler, seperti mengirim pesan singkat, berselancar di internet, serta melakukan panggilan singkat.
Listrik yang dihasilkan memang masih terbatas. Namun, ilmuwan berencana untuk terus mengembangkannya sehingga listrik yang dihasilkan lebih besar, dan ke depan mungkin tak hanya untuk mengisi ulang baterai telepon seluler. Instalasi sel bahan bakar nantinya diharapkan bisa dipasang di kamar mandi untuk mendukung kebutuhan listrik shower dan lampu. (Dyah A N)
No comments:
Post a Comment