Para penyelam mengangkat kotak hitam kedua pesawat AirAsia yang jatuh dari dasar Laut Jawa, Selasa (13/1), memberikan alat-alat penting bagi para ahli untuk menentukan apa yang menyebabkan jatuhnya jet bernomor penerbangan 8501 itu.
Perekam suara kokpit dilepaskan dari bawah puing-puing yang berat dari sebuah sayap pesawat pada pagi hari dari kedalaman sekitar 30 meter, sehari setelah perekam data penerbangan pesawat itu diangkat, ujar Tonny Budiono, direktur navigasi laut di Kementerian Perhubungan.
Peralatan itu akan diterbangkan ke Jakarta untuk diunduh dan dianalisa dengan kotak yang satu lagi. Karena alat itu merekam dalam siklus dua jam, semua diskusi antara kapten dan ko-pilot seharusnya tersedia.
Pesawat itu menghilang dari radar 42 menit sejak terbang dari Surabaya ke Singapura pada 28 Desember. Ke-162 orang di dalamnya tewas, namun sejauh ini baru 48 jenazah yang ditemukan.
Perekam suara menangkap semua pembicaraan antara para pilot dan pengontrol lalu lintas udara, termasuk semua bunyi yang terdengar di kokpit, termasuk kemungkinan adanya bunyi alarm atau ledakan. Perekam data penerbangan menyimpan informasi mengenai posisi dan kondisi dari hampir semua bagian utama pesawat, termasuk ketinggian, kecepatan udara, arah, lontaran mesin, tingkat naik atau turunnya pesawat dan arah sudut pesawat.
"Ada sekitar 200 lebih parameter yang direkam. Hal itu akan memberi begitu banyak materi," ujar ahli penerbangan John Goglia, mantan anggota Badan Keselamatan Transportasi Nasional.
Para pencari juga sedang mencoba mencari bagian utama kabin pesawat, tempat banyak korban diperkirakan masih terperangkap di dalamnya.
Dekomposisi membuat identifikasi lebih sulit bagi para keluarga untuk menguburkan kerabat mereka.
"Saya masih yakin banyak korban yang terperangkap di sana, dan kita harus menemukannya," ujar Panglima TNI Jenderal Moeldoko. (AP)
No comments:
Post a Comment